Wednesday, March 31, 2021

Pagi seusai subuh suara angin kencang bertimpalan dengan curah air menerpa atap dan menggoyangkan dahan dihalaman depan sungguh memilukan. Aku melipat mukenah menggantungkannya ke rak. Sengaja aku membuka pintu depan. Meski terasa menakutkan melihat pohon-pohon besar di depan rumah berayun dan tergoncang aku menikmati sensasinya, hembusan angin, tampias air hujan yang sesekali memercik ke arahku terasa menakjubkan. Sekitar 5 menit aku berdiri terpaku di teras yang beratap berulangkali mengembang kempiskan dada untuk menarik hawa segar pagi ini. Setelah cukup segar nafas bertukar hawa pagi aku melangkah masuk. Perasaan yang sama setiap menikmati hujan. Aku menjadi melow. Mengenang banyak hal, tapi yang paling sering adalah rindu Mama. Ahhh...bahasa kalbu selalu seperti ini. 
 
Ketika beranjak ke ruang TV sejenak mataku tertumpu pada foto aku bertiga Ardi, dan Nabila di bingkai besar ruang keluarga. Ada sayatan mengiris relung hatiku. Entahlah sulit kulukiskan. Rasa rindu... atau rasa sakit?? Semua seperti bayangan samar namun menyeramkan. Luka hatiku begitu dalam. Aku duduk didepan TV. Menatapnya nanar.... berkecamuk. Terlebih saat aku melihat infotainment tentang Aurel yang rencana menikah. Hampir persis episodenya meski bukanlah 100% benar ceritanya. Tapi aku sedih melihat posisi KD. Terlepas dari dia benar atau salah, namun tidak seharusnya memperlakukan ibu kandung. Disisihkan. Sedih banget melihatnya sampai seragam keluargapun gak dikasih. Ahhh...biarlah itu menjadi urusan mereka. 
 
Tapi dari sepenggal cerita kehidupan itu aku berkaca. Nasibku yang terbuang dan dibuang dimata anak-anakku. Hanya persepsi sepihak yang didoktrinkan ke hidup mereka. Bukanlah mencari pembenaran diri. Aku salah... mungkin. Dan hukuman yang mereka timpakan sudah cukup sakit bagiku. 6 bulan penjara untuk tindakan yang tidak kuniatkan. Dipisahkan bertahun-tahun untuk kasih sayang yang membuncah tersimpan rapih dan indah dalam hatiku. Seorang ibu kandung tak mungkin berniat membunuh anaknya. Mungkin saja hati ini berusaha mencari pembelaan, pembenaran karena hanya hatiku dan Allah yang tahu yang sebenarnya. 
 
Ya Rabbb... tata hatiku ikhlaskan semua. Lepaskan perasaan diri ingin dibela dan dibenarkan. Hidup jangan berharap penilaian manusia. Namun ridho, berkah dan rahmat Allah. Kutepis air mata yang berlelehan di pipi. Kuhembuskan nafas berulang kali seolah ingin mengosongkan luka lama agar keluar pergi. Puluhan tahun aku menanti dengan harapan kebenaran terkuak. Belummm... Allah pasti tahu saat yang tepat untuk menghadirkannya. Aku tetap menanti...sebelum aku mati... 
 
Cerita pagi hati yang terluka.  
Palembang, 1 April 2021

Sunday, October 25, 2020

MENGAHAPUS JEJAK CINTA LAMA DIA

 Pagi itu sehabis jogging aku langsung ke pasar Lemabang, seperti biasa setiap libur minggu aku mampir ke pasar sayur. Kegiatan rutin 3 minggu sekali. Sebagai wanita bekerja aku harus pandai menyiasati agar tetap dapat makan sehat, hemat dan gak selalu harus beli atau jajan. Lidah dan perutku tak terbiasa untuk menyantap makanan beli alias jajan. Aku harus membuat stock ikan-ikan di kulkas penuh. Sedangkan sayuran hijau bisa aku beli di super market setiap aku pulang pengajian di hari Sabtu, sekalian jalan.

Seperti biasa jika pulang dari pasar, barang belanjaan akan dibawa oleh adikku Atik naik becak. Aku sendiri lebih memilih jalan kaki saja, karena aku takut dan trauma naik becak. Aku pernah naik becak dan karena kecelakaan becakku terbalik. Saat dalam perjalanan tiba-tiba handphone yang aku bawa berbunyi. Aku mengangkatnya tertera sebuah nomor yang tak tercantum dalam daftar kontak. Kutekan tombol answer.

"Hallo...assalamualaikum"

"Alaikum salam. Apa kabar Esi..." kudengar nada bersahabat yang sangat akrab dari seorang laki-laki. Sangat bersahaja seakan-akan dia sudah sangat akrab dekat dengan aku.

Hatiku bertanya-tanya siapa gerangan laki-laki ini kok sok akrab benar.

" Alhamdulillah baik!.... Tapi maaf ...siapa ini???" tanyaku penuh ragu.

" Esiii.... duh sombong banget ... masa lupa sama aku"

" Siapa ya???"

" Kawan lama..."

" Kawan lama....???? Siapa???"

" Kawan SD. Ingat gak dulu kita sekelas"

" Kawan SD....??? " hatiku masih diliputi tanda tanya

" Fauzi...." ucapnya

" Ohhhh... Fauzi" teriakku surprise. Secepat kilat aku langsung mengingatnya, karena dulu saat kami masih di SD aku, dia, Hamzirwan adalah bintang kelas. Bergantian saja kami meraih juara 1 di kelas. Kadang aku yang juara satu, mereka juara 2 dan 3. Begitu juga sebaliknya.

" Alhamdulillah kamu masih ingat aku..." ujarnya senang.

" Ingetlah ...! Kita kan dulu sama Hamzirwan adalah 3 serangkai. Apa kabar Ziek..."

" Alhamdulillah baik.."

" Kok kamu bisa dapat no handphone aku?"

" Dari Mardiana"

Oh iya aku ingat nomer handphone aku pertama kali didapat Nizar dari tetanggaku Yanti yang merupakan teman SMAnya Nizar. Lantas rupanya nomer handphone aku sudah menyebar ke sahabat-sahabat akrab SD ku termasuk Latifah dan Mardiana. Aku masih ingat beberapa hari lalu Mardiana sahabat yang paling dekat saat SD menelponku bercerita panjang lebar bernostalgia. Dijung kalimatnya dia meminta aku mengizinkan dia memberi nomer HP aku itu pada Fauzi. Mardiana bilang sudah lama Fauzi mencari aku. Aku tergelak sambil mengizinkan.

" Ohhh... Mardiana... iya... iya inget aku seminggu lalu Mar nelpon"ujarku paham.

Sambil menuju jalan pulang ke rumah pembicaraan telpon hanya cerita basa-basi dan sedikit nostalgia masa lalu. Lantas dia mengusulkan buat group WA Alumni SD. Aku sih mengiyakan saja. Pembicaraan selesai ketika aku sudah sampai ke rumah karena aku harus segera menggarap belanjaan aku.


************

Sejak pembicaraan pertama itu, dia jadi agak lebih sering menelponku terutama pada malam hari. Pada awalnya aku hanya menganggap biasa saja. Karena sama sekali tidak terdapat tanda-tanda yang aneh dari pembicaraannya. Paling hanya nostalgia masa lalu tentang kelucuan-kelucuan tingkah polah kami. Meskipun aku sudah merasa bertanya-tanya kok dia sering sekali menelpon di jam-jam yang seharusnya dia bersama keluarganya. Untuk bertanya tentang siapa istrinya, anak-anaknya aku tidak bisa terucap, karena aku tak tahu status dia apakah dia sudah menikah atau belum. Seandainya dia belum menikah jika aku tanya tentang isteri dan anak-naknya aku takut melukai perasaannya.

Dia sangat intensif menelponku, hampir tiap malam bahkan seusai sholat Subuh. Sungguh hatiku bertanya-tanya, naluriku mulai merasa hal ini bukan biasa-biasa saja. Dan aku cuma bisa menyimpan tanda tanya ini. Aku mulai bergerilya bertanya-tanya pada teman-teman SD yang beberapa kali sempat temu kangen, aku menyelidik dengan sangat hati-hati sekali. Khawatir teman-temanku jadi bertanya-tanya kenapa ku begitu ingin tahu informasi tentang Fauzi. Takut teman-temanku jadi curiga. Namun aku tidak mendapatkan jawaban apapun tentang kondisi Fauzi saat ini. Menurut rekan-rekan yang dari SD, SMP sampai SMA selalu bersama mereka tak pernah tahu progress kehidupan Fauzi, sejak dia pindah dan menetap di Padang.

*********

Waktu berlalu, sempat dia mengusulkan reunian teman SD dan menunjuk aku koordinator, namun setelah dikoordinasi karena ada beberapa orang yang sok kuasa dan ingin pamer power semua yang sudah matang jadi balik ke nol lagi. Bahkan karena tersinggung oleh sikap Wiwik dan Nelly oknum yang ingin pamer kekuasaan itu kami sama sekali antipati dengan reunian, dan keluar dari group.

Beberapa kali pula Fauzi meminta ketemuan saat dia pulang atau dinas ke Palembang. Bahkan pernah janjian bertemu di bandara Soeta saat kami sama-sama dinas. Wallahualam semua tak bisa terwujud. Hal ini disebabkan aku sendiri takut dan selalu saja mencari alasan untuk menolak pertemuan itu. Hati kecilku mengatakan ini dosa. Sejujurnya aku sengaja menciptakan alasan untuk tidak bertemu dengannya.

Sampailah beberapa hari lalu saat aku WA dia untuk menceritakan detail dan ulasan setelah pertemuan alumni. Aku ikut reunian itu dan Fauzi bilang nanti cerita ya tentang acaranya. Usai aku WA cerita singkat tentang reunian, aku lihat dia blom membacanya. Jadi aku tak begitu peduli lagi dengan HP. Baru setelah sholat Ashar aku sempat memegang HP. Aku lihat beberapa kali dia miscall. Kucoba mengontak dia, alhamdulillah nyambung.

Maka berceritalah aku panjang lebar tentang jalannya reunian kemaren sore. Sesekali dia menimpali dengan mengulas serta memberikan beberapa pendapat, ketika aku bercerita ada beberapa orang yang sepertinya ingin menonjolkan diri dan dianggap lebih. Arah saran dan bicaranya adalah kasian saja pada mereka yang sok pamer dan sok kaya itu. Diusia yang sudah senja harusnya mempersiapkan diri pada sikap rendah hati dan menyadari bahwa kedudukan dan kekayaan hanyalah titipan sementara saja. Kita tak akan begitu lama lagi hidup di dunia ini, semua akan kita tinggalkan.

Dari ceritanya aku menyimpulkan bahwa dia punya jabatan yang lumayan tinggi dalam karirnya. Tapi karakternya sangat low profile. Lantas dari bincang-bincang tentang hasil reuni tiba-tiba dia ingin dan harus bercerita tentang masa lalu saat kami masih bocah . "Ini harus,.... aku katakan padamu Es...! Bahkan sudah dari zaman baheula aku ingin mengungkapkannya. Hajat ini pula yang ingin aku ungkapkan yang menjadi alasan beberapa kali aku ingin kita saling bertemu " ujarnya.

Hatiku berdetak dan bertanya-tanya cerita atau ungkapan apakah? Mulailah dia bercerita tentang sebuah rasa yang dia simpan bertahun-tahun tentang cintanya untuk aku. Tidak bisa hilang bahkan sampai kini. Dia bercerita dengan penuh antusias dia mencintai aku sejak kami kami kelas 4 SD. Aku mendengarkan dengan seksama. Dia bercerita tentang cintanya kepada aku karena dalam pandangan dia aku adalah sosok dengan sejuta kebaikan dan keindahan. Cantik, pintar, pendiam, anggun bahkan sampai harum badankupun menjadi kriteria terbaik di matanya.

Betapa aku tergelak dan terbahak ketika dia bercerita bahwa cintanya padaku sangat mendalam. Di rumah seringkali dia dimarah ibunya hanya karena mandi, berpakaian, menyisir rambut, makan terlalu lama dan seringkali dilakukan sambil melamun. Dia bercerita dalam lamunannya saat mandi di bak air yang terbayang adalah wajahku, demikian pula untuk kegiatan lainnya ada aku...aku... Belum lagi saat dikelas atau pelajaran olah raga terutama saat main bola kasti, hatinya akan terlonjak riang jika tanpa tanpa sengaja aku berdiri di dekatnya. Akan tercium harum tubuhku katanya. Aku tergelak-gelak mendengarkan ceirtanya.

" Subhanaallah Ziek, masih sekecil itu kamu sudah jatuh cinta???" tanyaku lucu

" Jadi kau tuh gak tahu ya Es.. bahwa aku suka dengan kamu?" tanyanya penasaran.

" Enggak!..., jawabku lugas

" Jadi kamu gak tahu kalau aku selalu berusaha dan cari alasan agar bisa berdiri atau berdampingan dengan kamu?"

" Enggak!"

" Masa sih?"

" Bener. Serius... aku gak pernah kepikiran sama sekali. Wong saat itu kita masih sangat kecil. Aku mana paham tentang cinta-cintaan. Zaman SD yang ada dipikiranku cuma makan, kerjain PR cepat-cepat, Ngaji di Langgar, trus main yeye, dakocan...itu aja!"

" Jadi serius kamu gak tahu tentang aku..."

" Ya ampun Ziek.... jangankan SD, bahkan sampai SMA pun aku gak pernah jatuh cinta. Entahlah kok aku telat perkembangannya. Apa karena didikan ibuku bahwa cewek itu gak boleh deket-deket dengan cowok ya?.

Dia bergumam panjang. Dan kembali melanjutkan ceritanya. Setelah SD kami memang berpisah karena kami melanjutkan SMP di sekolah yang berbeda. Namun dia terus memantau tentang aku melalui teman akrabku Mardiana. Bahkan sampai aku merantau ke Bogor saat jenjang SMA. Juga saat aku sudah kembali ke Palembang kerja di perusahaan Farmasi. Dia masih monitor tentang aku.

Dan pada akhirnya dia kehilangan infoemasi tentang aku sekitar tahun 1992. Saat itu dia kerja sebagai tenaga kontraktor di perusahaan yang sekarang aku bekerja. Hingga akhirnya dia diterima sebagai PNS dan harus pindah ke Padang. Itupun dia terus berusaha mencari tahu tentang aku. Hingga dengan keputus asaannya akhirnya dia menikah tahun 1995 dengan orang Padang.

Dia bertanya kemana aku setelah kerja di perusahaan farmasi itu. Aku cerita aku pindah kerja sebagai tenaga analist Lab di perusahaan tempat dia bekerja sebagai tenaga kontraktor. Dia juga bertanya apakah aku sudah menikah. Aku jawab aku menikah tahun 1998. Dia dengan sedih menyesal... ohhh aku kira kau hilang karena sudah menikah. Ternyata saat itu kau belum nikah katanya. Dia menikah tahun 1995.

Hatiku sebenarnya berdetak kencang dengan ceritanya. Laki-laki ini menyimpan cinta sendiri secara rahasia selama bertahun-tahun tanpa terucap. Subhanallah... Setelah selesai dia bercerita maka aku juga bercerita tentang aku, tentang kehidupanpun yang sedemikian pahit. Dia tersentuh. Dia menyatakan sanggup menjadi tempat aku mengadu jika aku punya masalah. Tapi aku menegaskan kita sudah berbeda. Dia punya keluarga. Dan aku ingin menjaga hijabku sebagai seorang muslimah. Takut fitnah... dan dia paham.

Dia sempat meminta aku berjanji untuk ketemuan di Idul Fitri nanti. Aku mengiyakan. Meskipun mungkin aku akan berdalih-dalih lagi.

Sejak ungkapan cintanya itu, kami memang masih berkontak via WA namun tidak begitu intensif lagi. Dia yang lebih dulu mengontak aku bertanya tentang kabar, bertanya tentang perkembangan group WA alumni SD.

Sore menjelang senja tanggal 17 Oktober 2020 aku meng"on" kan HP yang dari pagi belum aku sentuh sama sekali setelah di charge. Seperti biasa aku membuka WA biasanya tujuannya adalah menghapus group chat yang tidak penting menurutku. Namun jantungku seakan berhenti derdenyut, ketika kubaca ada yang mengucapkan Innallihi... telah berpulang sahabat kita Fauzi. Seolah tak percaya kalimat yang kubaca. Fauzi ... meninggal??? Aku menutup WA tanpa memberikan komentar pada chat tersebut.

Aku membuka FB dan kembali aku membaca berita duka cita itu di feed. Kakak iparnya yang mengumumkan dan Tag ke dia. Aku diam.... tidak bisa berkata-kata. Nelangsa... Tak percaya... Baru minggu kemarin dia WA aku tanya kabarku. Seminggu lalu pula di like statusku berupa puisi tentang cinta rahasia seorang laki-laki yang menyimpan cinta puluhan tahun tanpa terungkap. Dan besok aku berencana untuk ucapan selamat Ulang Tahunnya. Ya Allah.... Fauzi??? Meninggal. Rasa sesak didadaku tak bisa kuungkapkan. Bukan karena aku menyimpan rasa tentang dia. Sama sekali tidak. Namun aku merasa... aku selalu menghindari untuk bertemu dengan dia seperti keinginannya. Bahkan rencana Idul Fitri dia ingin ketemuanpun tidak terwujud karena pandemi dia tak mudik.

Benar-benar rahasia Allah. Qadarullah aku tidak diizinkan bertemu kembali dengannya. Sedangkan kenangan masa SD pun aku tidak dapat mengingatnya karena dia bukan lah seorang yang spesial dalam kenanganku. Hai...sahabat kecilku..Selamat jalan ....tidurlah di sisi Allah Aku akan mengenang keteguhan cinta yang kau simpan.Namun tidak ingin kusimpan... 

Status FB yang sempat di like Fauziek mungkin dia merasa ini untuknya padahal untuk banyak lelaki yang cintanya tak sempat terungkap padaku di masa lalu.


 

 



CINTA RAHASIA


Kau hanyalah sahabat masa kecilku.
Cuma itu dalam perspektifku.
Puluhan tahun berlalu..
Sampai suatu ketika kau menemukan kontakku dari group sekolah dasar.

Aku biasa saja..ketika kau begitu antusias mengontakku secara intens.
Berulangkali kau mengucap rindu dan ingin bertemu.
Namun...dengan posisiku sebagai wanita aku ingin kukuh menjaga hijabku, secara halus aku menghindar.

Aku berhitung lebih dari 7 kali kau membujuk untuk bertemu, dan sebanyak itu pula aku berdalih.

Hingga suatu ketika kau menelponku.
Kau bilang , aku ingin mengungkapkan isi hatiku secara jujur, aku gak mau jika aku gak hidup lagi semua ini belum terungkapkan.

Engkau mencintai aku sejak sekolah dasar, dan terus mencintai aku sampai kini. Engkau memonitor semua tentang aku. Bahkan ketika aku sekolah di Bogor. Menungguku...Sampai akhirnya kau kehilangan informasi tentang aku. Kau putus asa ... barulah kau bisa mempersilahkan seorang wanita mengisi hidupmu.

Aku tergelak, lucu mendengar penuturanmu. Demi Allah aku sama sekali tak tahu tentang rasamu. Aku masih terlalu kecil saat SD untuk merasa cinta... kaupun sudah tak kuingat lagi sejak lulusan SD.

Yah...sudahlah! Simpan saja cintamu itu untuk kau kenang tentang betapa cantik, anggun, pandai, santun dan segala yg mempesona tentang aku yang ada dalam ingatanmu. Betapa melangitnya aku menyimak sejuta positif perspektifmu tentang aku. Tersanjung....! Membuncah...! Tapi sudahlah...masa lalu sudah lewat. Hanya karena kau takut mengungkapkan cintamu dimasa lampau membuat selangit pesona, kekagumanmu ttg aku hanyalah kepedihan yg mengiris.

Semua sudah berlalu...
Kita dalam sisi yg berbeda masa kini...
Biarlah angin yang membawanya pergi
Kusimpan kau hanya didalam mimpi.

Dan sahabat masa laluku...betapa aku terhentak...hari ini kau telah berpulang ke hadirat Allah penciptamu.
Aku pernah mengiyakan bertemu denganmu Idul Fitri tadi, namun karena pandemi ini kau tak mudik.
Aku sadar semua ini Qadarrullah..sehingga kita akhirnya tak pernah bisa berjumpa lagi. Aku sdh tak bisa melukiskan penampakanmu saat ini, bahkan kenangan perjumpaan terakhir di SD dulupun aku sudah tak bisa mengingatnya.

Hai...sahabat kecilku..
Selamat jalan ..
..tidurlah di sisi Allah
Aku akan mengenang keteguhan cinta yang kau simpan.
Namun tidak ingin kusimpan...



 

Tuesday, May 28, 2019

SUATU SENJA DI SEPULUH HARI TERAKHIR RAMADHAN


Di sepuluh hari terakhir Ramadhan, sudah 3 hari ini saat perjalanan ke kantor ketika melintasi masjid kantor aku menyaksikan sekelompok anak-anak muda berkumpul dan memenuhi halaman masjid tersebut. Mungkin bubaran setelah itikaf. Aku melihat dengan senyum kagum. Tetapi sore hari ini aku mendapat kesan yang sangat dalam. Aku memberhentikan mobilku di Zebra Cross Area disamping masjid itu, melintaslah segerombolan (sekitar 10 - 15 orang) akhwat menyebrang jalan tepat di depan mobilku.

Hatiku berdecak kagum melihat anak-anak remaja seusia anak SMP atau paling tidak paling senior kelas 1 SMA, masih sangat belia, dengan dandanan akhwat sejati. Baju gamis longgar menyentuh tanah dengan khimar panjang sebetis dengan ciri khas pakaian syar'i berwarna gelap. Bahkan seorang darinya mengenakan niqob. Saat melintas perilaku mereka santun. Aku menatap mereka dengan mata tajam tanpa kedip. Kagum...

Anak-anak yang masih sangat belia, sementara anak-anak lain seumur mereka masih berlomba untuk mengenakan pakaian modis warna-warna ngejreng atau pastel dengan kaos dan jeans ketat. Yang lebih suka nongki di cafe-cafe atau tempat-tempat ter instagramable. Anak-anak belia yang masih bebas mengeksplorasi untuk menunjukkan jati dirinya. Tapi mereka para akhwat ini, dandanan sangaat syar'i, menetap di masjid untuk mencari rahmat Allah di sepuluh hari terakhir ramadhan. Maashaa Allah... Allahu Akbar! Siapa orang tua yang telah membesarkan kalian wahai akhwat.

Ketika mereka telah berlalu aku masih terpana, dan tersentak kaget ketika kendaraan dibelakangku membunyikan klakson mengisyaratkan agar aku segera melaju. Tanpa aku sadari mataku berembun. Kejadian singkat itu cukup menyentak hatiku. Aku tiba-tiba melihat kedalam diriku. Banyak hal yang membuat aku terharu...perasaan ini penuh kecamuk.

Aku lihat diriku sendiri, betapa aku malu dengan anak-anak tersebut. Mereka baru berusia sekitar belasan tahun sudah begitu taat dan patuh pada perintah Allah. Allah Jalla wa ’Ala berfirman yang artinya: “Wahai Nabi! Katakanlah kepada istri istrimu, anak anak perempuanmu dan istri istri orang mukmin, “Hendaklah mereka menutupkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.Yang demikian itu agar mereka lebih mudah untuk dikenali, sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. Al Ahzaab: 59).

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda :
Bahwa anak perempuan apabila telah cukup umurnya, maka mereka tidak boleh dilihat akan dia melainkan mukanya dan kedua telapak tangannya hingga pergelangan” (H.R. Abu Daud)”.

Sedangkan aku...? Aku baru memahami hakikat hijab sempurna yang dianjurkan Islam baru sekitar usia 40-an. Sebelum aku mengenakan jilbab syar'i malang melintang aku dengan bangga bila bisa memakai hijab ala hijaber terkini. Ya Rabb... ampuni aku.

Air mataku kembali merembes basah ketika kembali teringat anak kandungku Nabilah yang sudah tak lagi dalam asuhanku. Usia 18 tahun bahkan dia belum mengenakan jilbab. Air mataku semakin mengalir deras. Aku sudah tak punya kuasa lagi kepada dia. Setiap sujud aku selalu mendo'akannya agar diberi hidayah agar mau menutup aurat dengan berjilbab. Karena tak ada pertolongan melainkan pertolongan Allah.

Sore ini dihari ke-22 Ramadhan peristiwa kecil dan sederhana menyentuh hatiku untuk bertaubat dan terus beristighfar tentang kelalaian masa lalu. Berdesis lirih bibirku berdo'a agar aku teguh dalam ketaatan kepada Allah dan istiqomah. Sambil melajukan mobilku hatiku bergetar dalam do'a :

"(Allohumma innii as’aluka hubbaka wa hubba man yuhibbuka wal ‘amalal-ladzii yubbaligunii hubbaka. Allohummaj’al hubbaka ahabba ilayya min nafsii wa ahlii wa minal-maa’il-baarid)"

“Ya Allah, aku mohon padaMu cintaMu dan cinta orang yang mencintaiMu, amalan yang mengantarkanku menggapai cintaMu. Ya Allah, jadikan kecintaanku kepadaMu lebih aku cintai daripada cintaku pada diriku sendiri, keluargaku”

Seiring mataku yang mengembun sore itu gerimis mengiringi laju mobilku. Ya ..Allah berikan aku kemudahan untuk memahami agama dan kemudahan melakukan ibadah dan ketuk pintu hati anakku dengan hidayahMU. Waktu terus berlalu tanpa kuasaku untuk memberhentikannya. Aku harus berkejaran mencari tabungan hari akhirku sebelum jam waktu berakhir. Cahaya harus aku cari dengan usaha sendiri. Bergegaslah!


" Jika kesendirian adalah jalan kearah pulang. Maka kita harus bertarung melawan waktu. Karena cahaya tak datang sendiri.. Kecuali kau cari..!


" Jika kesendirian adalah jalan kearah pulang. Maka kita harus bertarung melawan waktu. Karena cahaya tak datang sendiri.. Kecuali kau cari..!


Monday, July 9, 2018

KUBIARKAN SAJA

Seberapa besar harga diri...?
Tanpa takaran...
Karena harga diri kita tergantung akhlak dan sikap santun dalam kehidupan
Allahlah yang menakarnya...

EPISODE 1
Kubiarkan saja wanita itu mengejekku
Kuabiarkan saja dia dengan teorinya tentang laki-laki baru
Kubiarkan saja dia dengan pongahnya bicara tentang target menikah ulang
Kubiarkan saja.....
Karena rasa, cinta, menikah ulang adalah keputusan pribadi, tentang prinsip
Dan Allahlah yang menentukannya dan memberikan jalan buat membuka luka hati

Masa yang berlalu....aku terlupa aku pernah didebat, diejek, dan dianggap rendah
Lalu angin yang dulu merasakan sakitku karena kalimatnya
Senja yang dulu menyaksikan aku sedih karena kata-katanya
Matahari yang menyaksikan aku tertunduk karena tak ingin membalas debatnya
Aku terlupa....
Sampai suatu saat dari mulutnya dia berkata.."Prinsip ayuk benar...."
Aku terpana dan bingung...
Lalu dia kembali berkata "Aku sudah becerai lagi dengan suami baruku"
Aku tersenyum bukan karena merasa benar dan puas...
Tapi aku kasihan...saja...dia memandang salah tentang target hidup bahwa dengan cepat-cepat cari pengganti , jika sang mantan menikah lagi aku harus menikah lagi juga itu adalah sebuah "KEMENANGAN".
Karena hidup bukanlah sebuah pertarungan "MENANG ATAU KALAH", melainkan menata hidup dalam rahmat dan ridho Allah, lantas memasrahkan tentang apa yang akan terjadi besok padaNYA.

EPISODE 2
Kubiarkan saja wanita ini dengan angkuhnya
Kubiarkan wanita ini dengan sombongnya
Hanya karena dia diatasku lantas lupa, bahwa dulu aku adalah teman...
Kubiarkan saja dia melupakan aku , menjaga jarak denganku dengan kejaimannya yang "TERLALU"
Kubiarkan saja bentakannya
Kubiarkan saja kata-kata nyelekitnya
Angin, Senja, Matahri, Langit pasti tahu tentang sakitku...
Terlebih Allah pasti lebih tahu...
Pada awalnya aku menahan sakit, bersabar..
Tapi ketika semakin angkuhnya....saksikanlah langit, matahari, senja tanganku telah terangkat tengadah...memohon pertolongan Allah.
Lalu aku akan menanti apa yang akan terjadi kelak padamu wanita angkuh...


Palembang, 10 Juli 2018



Friday, February 2, 2018

KETIKA WAKTU BERANJAK SENJA


Pagi ini sehabis subuh, kulihat angin kencang membanting ranting dan dahan pohon tak beraturan. Terombang -ambing tak tentu arah. Kilau cahaya berkelebat silih berganti dengan gema petir dan guntur. Lantas langit menangis menumpahkan curahan air yang sangat lebat ke bumi. Aku termangu di sisi kamarku. Asyik masyuk memandang taman di sebidang tanah sekitar 3x2 meter. Kulihat bunga lipstick bidadari itu terangguk angguk manja, Ada pancaran bahagia di ronanya yang memerah.

Ini hari Sabtu pagi, dimana hari libur kantor. Hujan di kepagian selalu membawa suasana syahdu dan malas beringsut. Entahlah tiba-tiba aku mengingat mama alm. Aku mengenang sejarah masa lalu yang manis. Hujan selalu menyenangkan bagiku. Udara sejuknya, nyanyian air yang gemeretak jatuh ke bumi semuanya indahhhh. Tapi ada yang paling berkesan bagiku di masa kecil Setiap hujan aku, mama dan kedua adik laki-lakiku Piyan dan Arrie pasti tidur berpelukan di ranjang besar kamar mama. Menjadi satu dalam satu selimut, lalu mama pasti mendongeng macam-macam. Bisa jadi itu batu belah batu bertangkup, pak Pandir, si Kancil. Meski ceritanya itu lagi, itu lagi tapi kami tak pernah bosan menyimak.

Bahkan ketika sudah berpelukan dalam satu selimut lebih banyak kamilah yang memaksa mama bercerita. Ayo mak “Ande-Ande dong “ (ande-ande = dongeng)”. Kamilah yang lebih sering memaksa topik ceritanya. “Pak Pandir dong mak...” atau “Batu belah batu bertangkup dong mak”. Ya Rabb...aku tak paham tentang rasa, aku aneh karena merasa akhir-akhir ini lebih sering “melankolis” jadi lebih sering mewek. Ingat Mama, ingat papa, dan juga ingat anak-anakku yang sudah tiada. 

Mungkinkah ini sebuah pernyataan rinduku pada mereka yang telah tiada. Iyahhh... menjelang berangkat umroh aku kok jadi “melow melulu” Ada saja yang membuat aku melow dan ingat masa kecil, ingat mama. Bayangkanlah tadi ketika memakai body lotion di kaki, ketika aku melihat jempol kakiku kukunya membusuk aku malah jadi inget mama. Dari kecil akulah yang paling dekat dengan mama. Aku ingat aku sangat cerewet bertanya ini itu. Saat kami bercanda sambil bergulingan aku paling senang meminta mama menekuk kaki, sehingga aku akan melihat dengkulnya kelimis mengkilap. Aku akan memaksa mama melakukan posisi itu lama dan berualang-ulang, suka sekali menatapnya klimis. Nanti mama berkomentar bercanda mengandaikan dengkulnya itu kepala orang botak dipakaikan “pomade”. Dengan gaya mama yang lucu membuat aku berderai-derai tertawa tepingkal.

Lalu aku sering melihat jempol kaki mama yang kukunya tinggal sedikit. Dengan cerewet aku akan bertanya “Kenapa sih mak, kok kukunya sampai habis begitu??”. Nanti mama akan jelaskan bahwa kukunya itu dimakan ulat “sembayan” karena dari pagi sampai malam basah melulu. Iyalah seorang ibu yang nyuci, masak, cuci pring, mandiin anak, nyebokin anak tak lepas dari air. Kaki lembab akan menimbulkan jamur kuku.

Lalu aku dan mama akan memetik daun pacar di samping rumah. Memotongnya, membersihkannya dari sirip daun. Mama dengan telaten menumbuk daun pacar dengan cobek dibumbui gambir, nasi dan air asam sedikit. Mama akan menempelkan pacar tumbuk itu ke jari-jariku terlebih dahulu, baru ke jari-jari kaki beliau yang kukunya membusuk. Nanti saat sudah beberapa jam pacar yang sudah mengering dilepaskan dari kuku menghasilkan warna merah yang cantik sekali. Aku girang dan sangat senang. 

Sekarang mama sudah tiada, namun kenangannya tak pernah pudar. Sekarang aku paham pengorbanan seorang wanita, seorang ibu. Inget lututnya yang kelimis yang saat dilepaskan tekukan kaki akan terlihat jelas kulitnya akan berkerut. Lalu kuku membusuk, lalu tulang-tulang yang terasa berat dan penat, adalah pertanda usia semakin lanjut dan berkurang. Sekarang kondisi fisik mama yang paling usil aku tanyakan dulu telah terjadi padaku. Kuku busuk, badan berat (alias gerit) dan sebagainya.

Hidup adalah sebuah perjalanan waktu. Ketika lahir kita sendiri...lalu besar, dewasa dan menikah, punya anak lalu riuh rendah dan ramailah kehidupan ini. Ketika anak-anak beranjak dewasa mereka berpisah dari kita, entah itu karena sekolah di luar kota, atau kemudian menikah, dan fase hidup kembali menurun, kita kembali dalam kesendirian. Orang-orang terkasih telah berpisah dan meninggalkan kita entah itu karena memang harus mengambil jarak untuk sebuah kepentingan tertentu, atau memang karena telah kembali pada Allah...!

Mama, Papa telah kembali dalam pelukan ilahi. Meski rindu.. kangen dan segalanya rasa yang sulit dibahasakan pada mereka, mereka cuma bisa aku kenang tentang manisnya, kebaikannya, cinta sucinya. Aku menangis dalam rindu.... Haripun menjelang senja tiada yang tahu di saat kapan aku juga akan kembali. Aku cuma menunggu waktu.... Aku mendongakkan kepala mengusap pipi basahku dengan tisue, beranjak lunglai menuju jendela kamar menatap satu persatu titik hujan yang masih menerpa daun-daun bunga lipstick bidadari. Daun-daunnya tertunduk manja meski lelah namun tampaknya bahagia dengan titisan air hujan karena membuatnya segar dan merona. Ya...Allah perjalanan hidup sungguh sebuah episode yang menakjubkan untuk dipahami dan diikhlasi.... hatiku berdesis lirih. 

Hari telah senja..... Abdullah bin Umar radhiyallahu berkata: “Jika kamu (berada) di waktu sore maka janganlah tunggu datangnya waktu pagi, dan jika kamu (berada) di waktu pagi maka janganlah tunggu datangnya waktu sore, serta gunakanlah masa sehatmu (dengan memperbanyak amal shaleh sebelum datang) masa sakitmu, dan masa hidupmu (sebelum) kematian (menjemputmu).” (Diriwayatkan oleh imam Al Bukhari dalam kitab Shahihul Bukhari, no. 6053).

Bahkan inilah makna zuhud di dunia yang sesungguhnya, sebagaimana ucapan Imam Ahmad bin Hambal ketika beliau ditanya: Apakah makna zuhud di dunia (yang sebenarnya)? Beliau berkata: “(Maknanya adalah) tidak panjang angan-angan, (yaitu) seorang yang ketika dia (berada) di waktu pagi dia berkata: Aku (khawatir) tidak akan (bisa mencapai) waktu sore lagi.” (Dinukil oleh oleh Ibnu Rajab dalam kitab beliau Jaami’ul ‘Uluumi Wal Hikam (hal. 465))


وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوى
Berbekallah, dan sungguh sebaik-baik bekal adalah takwa




Wednesday, December 13, 2017

KENANGAN DELIVERY SEORANG MANUSIA KE BUMI

Tadi siang saat ada konfirmasi transferan untuk orderan online dan aku baru menyadari bahwa hari ini tanggal 20 September. Yah...aku bahkan tak menyadari sudah tanggal 20 September, berbeda dengan masa-masa 8 tahun silam, tanggal ini selalu dinanti untuk menyiapkan hadiah, ucapan dan do'a terbaikku. Seketika rasa nyeri itu menusuk dihatiku. Siang saat rebahan ketika istirahat kantor aku ingin menangis, terlebih melihat tayangan Trans TV, yaitu Rhoma Irama menangis ketika mengantarkan anaknya ke penjara.

18 tahun silam aku pernah masuk ruang operasi ditanggal ini, untuk men"delivery" seorang insan Allah ke dunia. 9 bulan kurang seminggu membawa janin itu di dalam rahim, dengan kepenatan dan siksaan yang syarat. Tendangan, seretan, cacian, pengusiran, ceceran darah, tusukan jarum infus, lantas tergeletak di jalan, di pasar, dikantor karena lemahnya tubuhku mengandung janin itu.

Namun... demi Allah yang Maha Kuasa dan Maha Mengetahui, makhluk yang telah membuat aku dalam kepenatan dan kesakitan yang luar biasa untuk 9 bulan itu, 8 tahun lalu dengan dengusan ringainya, dengan hentakan nafasnya yang bangga dan puas , dengan kelegaannya yang explosive mengantarkan aku ke penjara untuk hukuman selama 6 bulan. Tertawa lepas dan puas seorang bocah berusia 9 tahun karena berhasil memenjarakan ibu kandungnya. Subhanallah... tiada tara dan tidak bisa aku deskripsikan apa yang aku rasakan selain tangis darah dan nanah.

Aku tertunduk lemah menyesali diri, mengkoreksi diri, mencari kesalahan besar yang telah aku lakukan terhadapnya sehingga aku bisa disebut pantas untuk menerima hukuman ini. Hampir gila tersuruk-suruk, tersungkur-sungkur aku di tengah sujud malamku memohon petunjuk Allah untuk ditunjukkan salahku, khilafku sehingga aku bisa disebut "wajar" menerima perlakuan kejam dari anak kandung yang masih berumur 9 tahun. Bahkan sampai kini di setiap sujud dan do'aku minta ditunjukkan kesalahan terbesarku, dan memohon ampun untuk kesalahan itu. Belum juga aku menemukan kesimpulannya. Tidak aku temukan jawabnya. Karena ketika aku bertanya pada hati nuraniku tidak pernah ada setitikpun niat buruk seorang ibu kepada dia. Yang kurangkai, kucita-citakan, kuperuntukkan, kupersiapkan adalah segala yang terbaik hanya untuk dia, dia, dia, dia. Itu jika dia mampu membaca bisikan hatiku. Namun tidak! Bencinya teramat sangat, tanpa muara.

Lantas belum cukup sampai disitu saja rupanya, lampiasan nafsu yang dilemparkan kepada aku. Namaku dihapus, aku dibuang, dicampakkan dan dilupakan. Aku melihat kedalam diri terdalam, barangkali ini sebuah peringatan Allah buat diriku. Aku telah menomor sekiankan Allah demi anak-demi keturunan. Sholatku asal gugur kewajiban, ibadah lain juga tak ada, sedekah hampir tak pernah karena takut uang tak cukup, takut mereka tak terpenuhi nilai gizi, sandang dan kesejahteraan. Berbakti kepada ibu bapak juga hampir tidak pernah. Anak...anak...anakkk dan anak tujuan hidupku. Allah menyentil aku dengan ujian ini. Agar aku sadar anak bukanlah penolongku, bahkan sebagai bencana. 

Ya Allah aku akan tetap ikhlas dengan perlakuan, perbuatan dan balasan mereka padaku. KepadaMU lah aku bermohon, lindungilah mereka, jauhkan mereka dari fitnah dunia dan akhirat. Sukseskan mereka dalam segala hal yang mereka jalani, jadikanlah mereka ahli ibadah dan ahli syurga. Berikanlah petunjuk untuknya untuk berada dijalan yang benar dalam lindungan dan bimbinganMU ya Allah. Karena hanya Engkau yang mampu membolak-balikkan hati. Jadikan dia ahli syurga yang memahami Al-Qur'an dan hadist. Ingatkan dia tentang ayat ini

وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا ۚ إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًاكَرِيمًا
“Dan Rabb-mu telah memerintahkan kepada manusia janganlah ia beribadah melainkan hanya kepadaNya dan hendaklah berbuat baik kepada kedua orang tua dengan sebaik-baiknya. Dan jika salah satu dari keduanya atau kedua-duanya telah berusia lanjut disisimu maka janganlah katakan kepada keduanya ‘ah’ dan janganlah kamu membentak keduanya” [Al-Isra : 23]

وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا
“Dan katakanlah kepada keduanya perkataan yang mulia dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang. Dan katakanlah, “Wahai Rabb-ku sayangilah keduanya sebagaimana keduanya menyayangiku di waktu kecil” [Al-Isra : 24]


Juga An-Nisa ayat 36.

وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا ۖ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا
“Dan sembahlah Allah dan janganlah menyekutukanNya dengan sesuatu, dan berbuat baiklah kepada kedua ibu bapak…..” [An-Nisa : 36]

18 tahun sudah sangat dewasa untuk berpikir dan mengkaji kebenaran, mengapa dia selalu tertutup pikiran untuk menuding akulah yang salah. Cobalah membuka hati timbang, takar seberapa banyak kebaikan yang telah ditebar ibu kandungmu dibanding kejahatan/keburukannya selama kau masih berupa nokhta di alam rahim, turun ke bumi dan hidup. Ini memang hanya bisa dilakukan oleh kaum berpikir. Aku tidaklah membenarkan diriku, juga tdiak ingin dianggap benar, karena sampai detik inipun aku selalu memohon ampun dan petunjuk kepada Allah agar ditunjukkan kesalahanku.

Aku bahkan tak lagi berani untuk mengucapkan selamat padamu meski hanya kata "Barakkalahu fi umrik" semoga Allah memberkahi hidupmu. 20 September. Tapi coba tanyakan kepada Allah dan malaikatnya, tanyakan apa lapaz do'a-doa malam ibumu??? Semuanya untuk kebaikan kehidupanmu meski kau telah menghapus ingatanmu tentang seorang wanita yang rahimnya pernah kau singgahi 18 tahun yang lalu. Allahu Akbar


Engkau boleh lupakan ibumu, tapi alam dan langit pernah jadi saksi pelukan ibumu untuk membuat kau nyaman

Air mata yang tidak pernah berhenti mengalir sejak kau masih jadi nohkta dalam rahim ibumu sampai detik ini. Rasanya cukuplah kekejian ini. 

Tulisan ini kubuat di tanggal 20 September 2017